Dalam pengertian yang paling luas, "perbankan" adalah suatu bisnis yang menerima tanggung jawab sementara untuk menyimpan uang masyarakat ("simpanan") dan kemudian meminjamkan dana ini (dan juga dana dari bank itu sendiri) dalam rangka mendapatkan keuntungan. Karenanya, perusahaan perbankan mendapatkan keuntungan terutama dengan berperan sebagai " perantara keuangan" yang menghimpun dana simpanan sebanyak-banyaknya dari individu maupun perusahaan (dengan menawarkan jasa penyimpanan serta memberikan bunga untuk beberapa jenis simpanan) dan kemudian menyediakan dana tersebut untuk dipinjam oleh pihak-pihak yang tepat (perusahaan bisnis yang ingin membiayai proyek investasi atau mungkin konsumen yang ingin membeli barang-barang berharga seperti kendaraan atau mungkin institusi pemerintah yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan untuk menggunakan dana lebih banyak daripada dana yang mereka dapatkan. Bank menjaminkan modalnya sendiri (dan juga membeli asuransi penyimpanan dari pihak luar) untuk menjamin semua pihak yang menyimpan uang dapat mengambil kembali uang mereka secara tunai setelah memberikan bukti penarikan, tidak melebihi waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Bank memberikan jaminan yang cukup berisiko ini meskipun dapat diperkirakan kalau beberapa persen (semoga saja kecil)dari pinjaman yang diberikan oleh pihak bank dengan menggunakan dana nasabah tidak dikembalikan oleh pihak yang meminjamnya. Keuntungan bank terutama berasal selisih (positif)antara biaya penyimpanan dan pengamanan simpanan dengan pendapatan dari biaya-biaya serta bunga pinjaman. (Tentu saja bank juga mencari keuntungan tambahan dengan menjual layanan keuangan lainnya kepada klien dan konsumen mereka, tetapi bisnis menerima simpanan dan memberikan pinjaman adalah inti dari bisnis perbankan). Tidak semua perusahaan yang menjalankan "perbankan" dalam arti luas ini disebut "bank". Lembaga simpan pinjam, pemberi kredit, dan bermacam-macam lembaga keuangan lain memberikan jasa yang sama dengan nama yang berbeda-beda. Hukum Amerika Serikat dan sebagian besar negara industri maju lainnya menyediakan berbagai jenis lembaga keuangan yang "nama" resminya tergantung pada tujuan mereka meminjamkan uang (kredit usaha, kredit konsumtif, KPR, dsb), waktu maksimal perjanjian kredit (2 tahun? 5 tahun? 30 tahun?), dan jenis layanan-layanan tambahan (hak akses, penukaran mata uang asing, manajemen keuangan, perkebunan, dll) yang disediakan untuk konsumen mereka selain pengambilan simpanan dan perpanjangan kredit. Dari sudut pandang ini, bank mendapat keuntungan dari peran kunci mereka dalam menentukan jumlah persediaan uang. Kurang lebih setengah dari persediaan uang Amerika Serikat (M1) terdiri dari mata uang tunai (mata uang logam maupun kertas). Sebagian besar persediaan uang di Amerika Serikat (atau negara ekonomi industri maju lainnya) "hanya" dalam bentuk pembukuan-pembukuan dalam buku besar mereka yang mewakili saldo rekening nasabah bank, baik individu maupun perusahaan. Dan, yang cukup mengagumkan bagi orang yang belum tahun, hal ini berarti bahwa bank secara konstan memproduksi uang hanya dengan membukukan kredit pada rekening-rekening giro nasabah saat mereka mengambil kredit dari bank. Bank swasta tentu tidak dapat membuat uang begitu saja tanpa batas dan Ketika pihak bank mengkredit rekening nasabah sejumlah pinjamannya, diharapkan nasabah yang meminjam itu sesegara mungkin membelanjakan sebagian atau seluruh uang yang dipinjamnya. Setelah cek yang ditulis oleh penerima kredit disetorkan oleh orang lain ke bank lain, cek tersebut akan segera ditagihkan ke bank pemberi pinjaman, dan mereka harus mempunyai uang tunai untuk membayar bank lain saat itu juga. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan, semakin banyak pula uang tunai yang harus dicadangkan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan pencairan setiap harinya. Sebagian besar atau semua permintaan pencairan cek setiap harinya dapat diimbangi cek dan uang tunai yang ditarik di bank lain yang disetorkan atau dibayarkan oleh nasabah pada hari itu, tetapi sebuah bank "kurang sehat" yang memberikan kredit dengan sembrono, cepat atau lambat akan menyadari bahwa jumlah tagihan cek yang masuk jauh melebihi jumlah cek bank lain dan uang tunai yang disetorkan. Begitu brankas bank kosong dan cadangan uang tunai habis, manajemen harus dengan cepat (saat itu juga!)meminjam tambahan uang tunai dari pihak lain (mungkin dengan tingkat bunga yang tinggi) atau menjual beberapa asset bank (karena terdesak, mungkin dengan harga yang sangat murah) Ketika bank yang bermasalah tidak bisa lagi meminjam dana dan tidak punya aset yang bisa dijual dalam waktu dekat,bank tersebut tidak lagi bisa memenuhi jaminan yang dijanjikan untuk membayar kewajibannya ssat diminta, sehingga tidak bisa lagi meneruskan bisnisnya. Sementara itu, para pemilik bank serta manajer harus menghadapi tuntutan hukum perdata dan mungkin pidana (kepailitan, pelanggaran kontrak, kelalaian,penipuan, dugaan penipuan,penggelapan, dll). Bank "sehat" membatasi jumlah kredit yang mereka berikan sehingga mereka mempunyai jumlah dana likuid "cadangan" yang cukup (baik dalam bentuk mata uang di brankas maupun dalam bentuk simpanan di bank lain, seperti Federal Reserve) Namun, para bankir menghadapi pilihan yang sulit. Jumlah tagihan cek, simpanan baru, dan pembayaran kredit yang masuk tiap hari tidak dapat diprediksikan dengan tingkat keakuratan 100%, sehingga semakin tinggi rasio aktiva lancar, semakin aman atau "sehat" bank tersebut (dan semakin menarik bagi nasabah serta pelaku usaha potensial lainnya). Namun,dana cadangan tidak menghasilkan pendapatan bagi bank; hanya dana yang digunakan sebagai pinjaman kepada debitur yang dapat memberikan kontribusi bagi keuntungan bank secara langsung serta seketika. Untuk memaksimalkan keuntungan mereka, manajemen bank harus menemukan cara terbaik untuk menyeimbangkan antara keharusan menjaga rasio cadangan agar tetap cukup tinggi untuk mengurangi risiko kepailitan dengan keharusan menjaga porsi tertingi dana yang tersedia untuk dipinjamkan.